Sabtu, 22 Desember 2012

CEDERA KEPALA

Semakin hari semakin tua kurasakan jiwa dan raga ini, dunia sudah tak sanggup menyediakan tempat untuk diriku. akankah datang tanda-tanda dimana diriku, tubuh dan tulangku menjadi tempat pijakan dunia. Dimana harta, dimana letak dasiku, dimana ketampananku kalau begitu. Hanya yang kemudian menyusulku dihari kiamat adalah Iman & kebaikanku.
***

CEDERA KEPALA / TRAUMA KEPALA

DEFENISI
Trauma kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala. Cedera kepala merupakan penyakit neurologik yang serius diantara penyakit neurologik, dan merupakan proporsi epidemik sebagai hasil kecelakaan lalu lintas. Resiko utama klien yang mengalami cedera kepala adalah kerusakan otak akibat perdarahan atau pembengkakan otak sebagai respon terhadap cedera yang menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial.4

ETIOLOGI
  1. Kecelakaan lalu lintas
  2. Kecelakaan kerja
  3. Trauma pada olah raga
  4. Kejatuhan benda
  5. Luka tembak
KLASIFIKASI
Cedera Kepala dapat diklasifikasikan berdasarkan mekanisme, keparahan dan morfologi cedera.
  1. Mekanisme: Berdasarkan adanya penetrasi durameter
    • Trauma tumpul : Kecepatan tinggi (tabrakan otomobil), kecepatan rendah (terjatuh, terpukul)
    • trrauma tembus (luka tembus peluru dan cedera tembus lainnya)
  2. Keparahan Cedera
    • Ringan : Skala GCS 14-15

    • Sedang : GCS 9-13
    • Berat : GCS 3-8 
  3. Morfologi
    • Fraktur tengkorak : 
      • kranium:lineal/stelatum;depresi/nondepresi;terbuka/tertutup
      • Basis : dengan/tanpa kebocoran cairan serebrospinal, dengan/tanpa kelumpuhan nervus VII
    • Lesi Intrakranial
      • Fokal: epidural,subdural, intraserebral
      • Difus: Konklusi ringan,konklusi klasik, cedera aksonal difus
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi cedera kepala menurut Suriadi dan Rita Yuliani, (2001). Kranium merupakan struktur kuat yang berisi darah, jaringan otak dan jaringan serebrospinal. Fungsi serebral tergantung pada adekuatnya nutrisi seperti oksigen, glukosa. Berat ringannya cedera kepala tergantung pada trauma kranium atau otak. Cedera yang dialami dapat gegar otak, memar otak atau laserasi, fraktur dan atau hematoma (injury vaskuler, epudural ; epidural atau subdural hematoma).

Cedera kepala yang terjadi dapat berupa percepatan (aselerasi) atau perlambatan (deselerasi). Trauma dapat primer atau sekunder. Trauma primer adalah trauma yang langsung mengenai kepala saat kejadian. Sedangkan trauma sekunder merupakan kelanjutan dari trauma primer. Trauma sekunder dapat terjadi meningkatnya tekanan intrakranial, kerusakan otak, infeksi dan edema cerebral.

Epidural hematoma merupakan injury pada kepala dengan adanya fraktur pada tulang tengkorak dan terdapat lesi antara tulang tengkorak dan dura. Perdarahan ini dapat meluas hingga menekan cerebral oleh karena adanya tekanan arteri yang tinggi. Gejalanya akan tampak seperti kebingungan atau kesadaran delirium, letargi, sukar untuk dibangunkan dan akhirnya bisa koma. Nadi dan nafas menjadi lambat, pupil dilatasi dan adanya hemiparese.

Subdural hematoma adalah cedera kepala dimana adanya ruptur pembuluh vena dan perdarahan terjadi antara durameter dan serebrum atau antara duramater dan lapisan arakhnoid. Terdapat dua tipe yaitu subdural hematoma akut dan kronik. Bila akut dapat dikaitkan dengan kontusio atau laserasi yang berkembang beberapa menit atau jam. Manifestasi tergantung pada besarnya kerusakan pada otak dan usia anak, dapat berupa kejang, sakit kepala, muntah, meningkatnya lingkar kepala, iritabel dan perasaan mengantuk.

Cerebral hematoma adalah merupakan perdarahan yang terjadi akibat adanya memar dan robekan pada cerebral yang akan berdampak pada perubahan vaskularisasi, anoxia dan dilatasi dan edema. Kemudian proses tersebut akan terjadilah herniasi otak yang mendesak ruang disekitarnya dan menyebabkan meningkatnya tekanan intrakranial. Dalam jangka waktu 24 – 72 jam akan tampak perubahan status neurologi.

Fraktur yang terjadi pada cedera kepala dapat berupa fraktur linear, farktur depresi, fraktur basiler, fraktur compound (laserasi kulit dan fraktur tulang). Perubahan oksigenisasi akibat trauma otak dapat dilihat pada bagan berikut :

Gangguan oksigenisasi--> Kekurangan suplay oksigen-->Gangguan metabolisme-->Edema jaringan otak-->Meningkatnya volume dan tekanan intrakranial-->Tekanan intrakranial meningkat-->Herniasi
Sumber :  Suriadi & Yuliani, (2001)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
  1. Spinal X ray;Membantu menentukan lokasi terjadinya trauma dan efek yang terjadi (perdarahan atau ruptur atau fraktur).
  2. CT Scan;Memeperlihatkan secara spesifik letak oedema, posisi hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia serta posisinya secara pasti
  3. Myelogram;Dilakukan untuk menunjukan vertebrae dan adanya bendungan dari spinal aracknoid jika dicurigai.
  4. MRI (Magnetic Imaging Resonance);Dengan menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi serta besar/ luas terjadinya perdarahan otak.
  5. Thorax X ray;Untuk mengidentifikasi keadaan pulmo.
  6. Pemeriksaan fungsi pernafasan;Mengukur volume maksimal dari inspirasi dan ekspirasi yang penting diketahui bagi penderita dengan cedera kepala dan pusat pernafasan (medulla oblongata).
  7. Analisa Gas Darah;Menunjukan efektifitas dari pertukaran gas dan usaha pernafasan
PENATALAKSANAAN4
  1. Menghentikan pendarahan. Pendarahan dari kulit kepala biasanya banyak karena pembuluh darah berda di dalam jaringna ikat padat sehingga sukar mencukup. Pendarahan dapat dihentikan dengan memberikan tekanan pada tempat yang rendah sehingga pembulu-pembuluh darah tertutup, kepala dapat dibalut dengan ikatan yang kuat.
  2. Usahakan pernafasan yang lapang beri napas buatan bila berhentI. Bersihkan mulut dengan hidung dari muntah atau darah bila ada. Keluarkan protesis gigi, kendorkan ikat pinggang, bila perlu hisap lendir dengan alat peng hisap. Miringkan kepala supaya lidah tidak menghalangi faring. Bila pasien muntah letakan seluruh badan pasien dalam sikap miring dan berikan O2.
  3. Fiksasi leher. Pada tiap kasus cedera kepala kulumna vetebralis servikalis harus diperiksa dengan teliti, bila perlu foto rontgen. Bila diperkirakan kemungkinan adanya fraktur, leher harus difiksasi dengan kerah fiksasi leher.
  4. Fiksasi tulang yang patah.
  5. Tulang patah akan menimbulkan rasa nyeri pada pergerakan, karna itu harus difiksasi.
  6. Pemerikasan bagian badan yang lain
Sumber:
  1. Mansjoer, Arif.2000.Kapita Selekta Kedokteran edisi tiga, jilid dua.Jakarta: Media Aesculapius
  2. KTI Mahasiswa Akper Pemkab Kotim Th. 2009
  3. http://excyborg.blogspot.com/2012/06/askep-cedera-kepala.html diakses pada tanggal 22/12/2012 jam 12.12
  4. http://dokteryudabedah.com/cedera-atau-trauma-kepala/ diakses pada tanggal 22/12/2012 jam 12.00

Tidak ada komentar:

Posting Komentar